Jakarta (Antara) –
Presiden Indonesia Prabowo Subianto menggambarkan dugaan penargetan intimidasi Tempo Majalah dan salah satu jurnalisnya Maret lalu sebagai upaya untuk “menggerakkan konflik” di antara publik.
Dalam sebuah wawancara eksklusif dengan jurnalis senior dari outlet media utama di kediaman pribadinya di Bogor, Jawa Barat, pada hari Minggu, Prabowo menyatakan keprihatinannya atas serangan teror terhadap Tempo.
“Saya pikir para pelaku ingin membangkitkan konflik, ingin menciptakan suasana yang buruk,” katanya dalam menanggapi pertanyaan dari Alfito Deannova Gintings, pemimpin redaksi Detikcom, sebagaimana ditayangkan di TVRI penyiar negara pada hari Selasa.
Pada 19 Maret TempoKantor Jakarta menerima paket dari pengirim anonim. Paket itu secara khusus ditujukan kepada Francisca Christy Rosana, seorang jurnalis di TempoMeja Berita Politik.
Ketika dia membuka paket pada 20 Maret, ditemukan berisi kepala babi yang terputus dengan telinganya terputus. Keduanya Tempo Dan Rosana percaya itu dimaksudkan untuk mengintimidasi mereka.
Prabowo juga membahas tanggapan oleh Kepala Kantor Komunikasi Presiden (PCO) Hasan Nasbi, yang pada 21 Maret telah menyindir bahwa kepala babi itu harus “hanya dimasak.”
Komentar Nasbi menarik kritik publik, dengan banyak orang memandang mereka tidak pantas atau bahkan mengejek serangan terhadap kebebasan pers. Dia kemudian mengklarifikasi bahwa pernyataannya dimaksudkan untuk “mencegah pelaku menanamkan rasa takut” dan mencapai tujuan intimidasi mereka.
“Saya pikir pernyataannya ceroboh. Itu salah. Saya yakin dia menyesal sekarang,” kata presiden.
Kurang dari seminggu kemudian, pada 22 Maret, Tempo menerima paket lain yang mengancam – kali ini berisi enam tikus yang dipenggal.
Investigasi Polisi terhadap Serangan Tempo sedang berlangsung.
Berita terkait: Empat Saran untuk Kasus Teror Kepala Babi Menargetkan Tempo: Komnas Ham
Berita terkait: Dewan Pers menyerukan penyelidikan tentang intimidasi juru tulis
Penerjemah: Genta Tenri M, Nabil Ihsan
Editor: Anton Santoso
Hak Cipta © Antara 2025