Jakarta (Antara) – Pasukan Pertahanan Indonesia (TNI) mengkonfirmasi pada hari Kamis bahwa Mayer Wenda alias Kuloi Wonda, seorang pemimpin pemberontak dari Gerakan Papua Free (OPM), dibunuh ketika menolak penangkapan di provinsi Papua dataran tinggi.
Menurut siaran pers TNI, personel TNI meletakkan penyergapan untuk Wenda di sub-distrik Mukoni, Distrik Lanny Jaya, Highland Papua, pada hari Selasa.
Wenda, yang menolak penangkapan, bertukar tembakan dengan para perwira Indonesia sebelum ditembak secara fatal bersama dengan orang lain, diidentifikasi sebagai saudaranya.
Menurut kepala Kantor Informasi TNI, Mayor Jenderal Kristomei Sianturi, Wenda – yang dikenal sebagai wakil komandan komando militer OPM di Lanny Jaya – telah ada dalam daftar yang dicari TNI selama lebih dari satu dekade.
“Mayer Wenda alias Kuloi Wonda adalah buron kami yang telah dimasukkan dalam daftar yang dicari sejak 2014,” kata Sianturi.
Sesuai catatan resmi, Wenda telah melakukan kejahatan terhadap negara sejak 2012, ketika ia menyerang dan membakar kantor polisi di Pirime, Distrik Lanny Jaya, dan membunuh seorang petugas polisi di Tolikara.
Dia juga dilaporkan bertanggung jawab untuk mencegat dan menyerang petugas keamanan berpatroli di Lanny Jaya pada 2014, kata Kantor Informasi TNI.
Jenderal Mayor mengatakan bahwa TNI berkomitmen untuk menjaga keamanan di Papua dan menjaga integritas Indonesia dengan mengambil tindakan terhadap gerakan Papua bebas.
“Keberhasilan ini membuktikan bahwa setiap tindakan perwira TNI terhadap kelompok -kelompok bersenjata telah dilakukan secara profesional, terukur, dan sejalan dengan undang -undang Indonesia,” tambah Sianturi.
Selama beberapa tahun terakhir, kelompok-kelompok Papua bersenjata sering menggunakan taktik tabrak lari terhadap personel keamanan Indonesia dan tindakan teror terhadap warga sipil di distrik Intan Jaya, Nduga, Puncak, dan Maybrat untuk menghasut ketakutan di antara orang-orang.
Target aksi teror semacam itu termasuk pekerja konstruksi, taksi sepeda motor (Ojek) Pengemudi, guru, siswa, penjual makanan jalanan, dan juga pesawat sipil.
Dalam satu kasus profil tinggi, pilot Selandia Baru Phillip Mark Mehrtens disandera oleh kelompok bersenjata yang dipimpin Egianus Kogoya setelah mendaratkan pesawat udara Susi di distrik Papua Nduga pada 7 Februari 2023. Dia ditahan selama lebih dari setahun sebelum dibebaskan pada bulan September 2024.
Berita terkait: Pemberontak Papua membunuh warga sipil, bukan personel TNI: pelayanan
Berita terkait: Tembakan Pemberontak Papua Bersenjata di Paha di Papua Tengah: Polisi
Berita terkait: Soldier selamat dari serangan pemberontak Papua di Dekai: Polisi
Penerjemah: Walda Marison, Nabil Ihsan
Editor: Azis Kurmala
Hak Cipta © Antara 2025