Jakarta (Antara) –
Dalam pernyataan resmi yang dikutip di sini pada hari Jumat, kepala pusat data bencana, informasi, dan komunikasi BNPB, Abdul Muhari, menyatakan bahwa status darurat dimaksudkan untuk memungkinkan pemerintah pusat dan daerah untuk mendistribusikan bantuan dan mempercepat upaya pemulihan.
Dia menjelaskan bahwa periode darurat ini mengikuti tanah longsor yang melanda tiga desa di seluruh sub-distrik Bonggakaradeng pada hari Rabu (16 April) sore, setelah hujan intensitas tinggi, yang memicu pergerakan lahan di lereng bukit yang tidak stabil.
“Tiga orang dengan cedera parah telah diangkut ke Rumah Sakit Laki, sementara enam korban yang menderita luka ringan menerima perawatan di Pusat Kesehatan Masyarakat Buakayu,” katanya.
Selain menyebabkan cedera, ia mencatat bahwa bencana itu secara signifikan merusak setidaknya dua rumah dan satu rumah ibadah.
Muhari kemudian mengutip laporan dari Badan Mitigasi Bencana Regional Tana Toraja (BPBD), mencatat bahwa pemerintah daerah telah memulai langkah -langkah darurat bekerja sama dengan Pasukan Bersenjata Nasional Indonesia (TNI) dan Polisi Nasional (Polri).
Pejabat BNPB juga mendesak penduduk dan pihak berwenang di seluruh wilayah untuk tetap waspada terhadap potensi bencana hidrometeorologis, terutama yang terkait dengan air.
Dia menekankan pentingnya memantau ramalan cuaca harian, memastikan kecukupan dan kebersihan kanal drainase dan daerah aliran sungai, dan menyiapkan alat dan logistik yang diperlukan untuk respons bencana.
“Sangat penting bagi orang -orang yang tinggal di dekat daerah aliran sungai atau lereng bukit untuk mencari keselamatan jika hujan berlangsung lebih dari satu jam dan visibilitas turun di bawah 100 meter,” ia memperingatkan publik.
Berita terkait: Pacet Longslide: Pemerintah melakukan evakuasi, memberikan bantuan
Berita terkait: Tanah Longsor di Rute Mojokerto-Batu di E Java mengklaim 10 nyawa
Penerjemah: M. Riezko, Tegar Nurfitra
Editor: Azis Kurmala
Hak Cipta © Antara 2025